Babinsa Koramil 03 Tanjung, Kodim 1008 Tabalong, berhasil membudidayakan madu kelulut, atau lebah tanpa sengat, menggunakan media semen di pekarangan rumah. Budidaya madu kelulutnya menghasilkan setengah liter hingga satu liter madu dalam waktu tiga minggu.
Inilah pekarangan rumah Babinsa Koramil 03 Tanjung, Kodim 1008 Tabalong, Serda Dua Faisal Reza Pahlevi, yang terletak di komplek Griya Bumi Selatan, Jalan Padat Karya, Kelurahan Pembataan RT 10, Kecamatan Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan.
Terpantau pada Rabu, 6 September 2023, pekarangan rumah ini dipenuhi oleh 25 sarang kelulut atau lebah tanpa sengat, serta berbagai tanaman bunga.
25 sarang kelulut ini telah dibudidayakan oleh Faisal sejak tahun 2017, terdiri dari 23 sarang jenis Trigona Itama, dan 2 sarang jenis Torasika.
Yang menarik adalah bahwa Faisal berhasil membudidayakan madu kelulut jenis Trigona Itama menggunakan media semen, atau bekas tiang penyangga rumah dipadukan dengan pot semen. Budidaya madu kelulut seperti ini ia kembangkan sejak tahun 2020, dengan jumlah sarang mencapai 4 buah.
Faisal mengatakan bahwa pengembangan budidaya madu kelulut menggunakan media semen sama seperti menggunakan kayu log, yaitu sistem pecah koloni. Sebagian koloni kelulut dari salah satu sarang dipindahkan ke media semen, kemudian diletakkan 4 hingga 5 telur ratu kelulut, dan ratusan telur kelulut pekerja. Dengan meletakkan cukup banyak telur ratu kelulut, maka memperbesar peluang kelulut bersarang di media semen yang disediakan.
“Kalo segi perawatan saya rasa sama aja, cuma penaruhan posisi aja. Karena kalo semen dia akan menyerap panas, jadi kita gak bisa langsung los panas matahari. Kalo log kayu bisa, atasnya kita taruh pelindung apa, bisa kita taruh langsung diterik matahari. Tapi kalo media semen susah kita, bahaya itu, kasian dia, sama juga dengan membunuh dia,” kata Serda Faisal Reza Pahlevi, Babinsa Koramil 03 Tanjung.
Faisal menceritakan bahwa awalnya ia memulai budidaya madu kelulut di pekarangan rumahnya karena sulitnya memperoleh madu. Faisal pun secara otodidak belajar membudidayakan madu kelulut, lalu secara langsung belajar dengan peternak, dan mengikuti pelatihan, sehingga budidayanya berhasil.
Awalnya, ia membudidayakan madu kelulut dengan membeli sarang kelulut jenis Trigona Itama yang bersarang di pohon-pohon lapuk yang jatuh, atau hasil pembukaan lahan petani. Patahan pohon tempat kelulut bersarang dipasang toping, atau box kayu pada bagian atas. Toping ini berfungsi sebagai ruang pengumpulan madu. Faisal berhasil membudidayakan hingga 6 sarang kelulut dengan cara seperti ini.
Kemudian, Faisal mengembangkan budidayanya dengan sistem pecah koloni. Ia menggunakan patahan-patahan pohon kosong, lalu disterilkan dengan cara dibakar sebelum memindah koloni kelulut ke sarang baru. Dengan sistem pecah koloni, kini terdapat 23 sarang kelulut Trigona Itama di pekarangan rumah Faisal, termasuk pada media semen.
Setiap sarang kelulut Trigona Itama menghasilkan setengah liter hingga satu liter madu dalam waktu tiga minggu. Separuh liter madu kelulut dihargai 100 ribu rupiah. Pembeli dapat memperoleh madu kelulut ini dengan menghubungi nomor WhatsApp Faisal.
Sedangkan 2 sarang madu kelulut jenis Torasika hanya untuk konsumsi pribadi. Mengingat jenis kelulut ini terbilang langka dan baru saja dikembangkan. Kelulut jenis Torasika memiliki tubuh dan sarang lebih besar dibandingkan Trigona Itama. Madu yang dihasilkan pun lebih banyak. Meski demikian, kelulut jenis ini memiliki sifat lebih tenang saat proses pemanenan madu.
Pengembangan budidaya madu kelulut harus diimbangi dengan ketersediaan vegetasi bunga di sekitar sarang. Seperti Faisal yang menanam berbagai tanaman bunga di pekarangan rumahnya, seperti air mata pengantin, santos lemon, porana, hingga pereskia grandifolia atau kaktus mawar. Bunga-bunga ini dinilai cocok untuk kelulut karena mengandung resin, nektar, dan bipolen.
“Kalo sekarang kebanyakan ini orang nafsu pak, nafsu mau banyak tapi vegetasinya tidak disiapkan pak. Akhirnya kan sia-sia pak, percuma. Jadi kita utamakan secara bertahap, pelan-pelan dulu mungkin 2 sarang. Sambil kita menanam bunga banyak-banyak, baru kita mungkin bisa sambil mengontrol log-log kita, gimana perkembangan madunya, cepat atau lambat. Kalo ibaratnya cepat, mungkin bisa kita tambah 1 atau 2 log lagi. Kalo ibaratnya mampu lagi tambah lagi, tapi media bunga vegetasinya harus siap betul-betul pak,” kata Serda Faisal Reza Pahlevi, Babinsa Koramil 03 Tanjung.
Faisal juga membuka peluang bagi warga yang ingin belajar membudidayakan madu kelulut, dengan datang langsung ke rumahnya. Lebih dari 10 orang belajar di tempatnya, salah satunya warga Kambitin, Musa Al-Hadi. Dalam waktu 2 tahun, Musa berhasil mengembangkan madu kelulut hingga 11 sarang dan sudah menghasilkan madu siap jual.
“Alhamdulillah ekonomi ada perubahan lah, sebulan itu ada tambahan. Harapannya ingin memperbanyak tambahan sarang, dan memperbanyak tanaman,” kata Musa Al-Hadi, warga Kambitin.
Lurah Pembataan, Muhammad Rijani, sangat mendukung langkah inovatif budidaya madu kelulut yang dilakukan oleh Babinsa Faisal. Pasalnya, selain membudidayakan, Faisal juga membagikan ilmunya kepada orang lain, sehingga diharapkan perekonomian masyarakat meningkat melalui budidaya madu kelulut ini.
“Kedepannya mungkin pak Faisal bisa lebih meningkatkan lagi, mungkin ada tempat khusus untuk budidaya ini, dan bisa juga memberikan ilmu kepada masyarakat khususnya kelurahan Pembataan,” kata Muhammad Rijani, Lurah Pembataan.
Pada kesempatan ini, Muhammad Rijani turut mencicipi madu kelulut. Ia mengutarakan bahwa madu kelulut memiliki cita rasa berbeda dengan madu lebah, yaitu perpaduan rasa asam dan manis. Perpaduan rasa inilah yang membuat madu kelulut memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi nilai lebih.
(Alfi Syahrin, TV Tabalong)
Redaktur: Rais
Uploader: Rulyandi