Bupati Tabalong Keempat, Dandung Suchrowardi, dikabarkan meninggal dunia di usia 85 tahun, pada Selasa malam Ba’da Isya 13 September 2022, di kediamannya di Yogyakarta. Beliau lahir pada 25 Desember 1936, di Semarang, kemudian berkarier di militer hingga pangkat kolonel di Kodam Balikpapan, lalu menjabat sebagai Bupati Tabalong pada Tahun 1984.
Almarhum Bupati Dandung memimpin Tabalong selama dua periode, yakni dari Tahun 1984 hingga 1994. Pada periode kepemimpinan nya yang panjang, mendiang membangun banyak infrastruktur, memperbanyak fasilitas publik, meningkatkan layanan kesehatan dan pendidikan, serta menaikkan iklim investasi. Tak heran, beliau acap dikenal sebagai Bapak Pembangunan Tabalong oleh masyarakat.
Jejak pembangunan yang masih terlihat kokoh hingga saat ini adalah Tugu Obor atau Monumen Tanjung Puri, Rumah Sakit Haji Badarudin Kasim yang kini menjadi Gedung Sarabakawa, Taman Giat Kota Tanjung, Pasar Tanjung, Kantor Polres Tabalong, Mesjid YAMP Wardhatus Salihin Pembataan, Komplek Kediaman Bupati, Stadion Olahraga, Kolam Renang, GOR, Balai Latihan Kerja, Terminal Transit Regional Mabuun, dan sejumlah sekolah. Beliau juga yang menyiapkan lahan untuk pembangunan gedung DPRD di Mabuun.
Di masa jabatannya, almarhum Bupati Dandung melakukan pemekaran empat kecamatan, yakni Jaro, Upau, Muara Harus, dan Pugaan. Beliau juga menambah delapan desa, yakni Kambitin Raya, Surian, Catur Karya, Sungai Kumap, Panaan, Dambung Raya, Masingai Satu, dan Masingai Dua.
Selain dikenal sebagai Bapak Pembangunan Tabalong, mendiang juga mendapat julukan Raja Lobi oleh Walikota Banjarmasin kala itu, Effendi Ritongga. Julukan tersebut diberikan lantaran meski dengan APBD minim, almarhum Bupati Dandung mampu melakukan lobi-lobi ke pusat untuk memperoleh dana perimbangan, melalui jaringan teman satu leting militer yang bertugas di sekretariat presiden. Dengan kemampuannya itu pula, sosok almarhum berhasil menyelesaikan sengketa perbatasan wilayah Kalteng dan Kalsel di Desa Dambung, dengan menghadirkan langsung Gubernur Kalteng, Soeparmanto, dan Gubernur Kalsel, Haji Muhammad Said.
Almarhum Bupati Dandung juga dikenal memiliki pembawaan yang supel, sehingga disenangi semua lapisan masyarakat. Kalangan komunitas warga Dayak Deah, Dayak Maanyan, dan Dayak Lawangan memanggilnya Ambah, Enon, atau Amai. Sebutan tersebut disematkan kepada orang yang paling dihormati.
Semasa hidupnya almarhum Bupati Dandung didampingi seorang istri bernama Nurchayati, serta dikaruniai dua orang anak, yaitu Eko Chrismeiyanto, dan Adi Kartika Sulistyo.
(Alfi Syahrin, TV Tabalong)