Home Tabalong Hari Ini Cegah Stunting dengan Skrining Penyakit Jantung Bawaan dan SHK Bayi Baru Lahir

Cegah Stunting dengan Skrining Penyakit Jantung Bawaan dan SHK Bayi Baru Lahir

by Muhammad Rais
0 comment

Dinas Kesehatan Tabalong Menggelar Pertemuan dengan Nakes Setiap Puskesmas Terkait Skrining Bayi Baru Lahir. Fokus Pertemuan Kali Ini Membahas Skrining untuk Penyakit Jantung Bawaan dan Skrining Hipotiroid Kongenital Sebagai Upaya Mencegah Stunting.

Pertemuan Skrining Bayi Baru Lahir Tingkat Kabupaten Tabalong Tahun 2024 Digelar Dinas Kesehatan Tabalong dengan Tenaga Kesehatan dari Setiap Puskesmas Se-Tabalong pada Senin, 26 Februari 2024, di Aula RSUD Haji Badaruddin Kasim Maburai, Kecamatan Murung Pudak.

Dalam pertemuan ini, narasumber dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan, Renta Aritonang, menyampaikan dua pokok pembahasan skrining bagi bayi baru lahir, yaitu skrining untuk Penyakit Jantung Bawaan (PJB) dan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).

Renta menjelaskan, skrining PJB merupakan program nasional dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2023 dan mulai disosialisasikan di Provinsi Kalsel tahun 2024. Setiap Nakes juga telah dilatih dan diberikan alat oxymeter untuk seluruh puskesmas se-Indonesia.

Sementara itu, program SHK dimulai sejak tahun 2003 dan disosialisasikan di Provinsi Kalsel tahun 2012. Kemudian pada tahun 2023 lalu, bayi baru lahir di Indonesia wajib melalui proses SHK untuk skrining awal pencegahan stunting.

“Jadi sekarang diupayakan dengan skrining ini secepat mungkin, sedini mungkin ditemukan sebelum umur 1 bulan ya. Kalo sudah umur 1 bulan dia diobatin maka 99% dia akan mengalami penyembuhan, dia kembali seperti bayi normal atau balita normal. Tetapi apabila tidak diobati dia akan mengalami kecebolan dan mengalami keterbelakangan mental,” ujar Renta Aritonang, narasumber dari Dinkes Kalsel.

Baca Juga  Hari Terakhir Pasar Murah, Minyak Goreng dan Gula Ludes Hitungan Jam

Lebih lanjut, Renta memaparkan, Hipotiroid Kongenital atau HK adalah kondisi bayi tidak mengeluarkan hormon tiroid yang berfungsi untuk pertumbuhan dan kecerdasan bayi. Diketahui 3 kondisi bayi pengidap HK, yaitu pertama bayi tidak memiliki kelenjar tiroid di leher sehingga tidak mengeluarkan hormon tiroid, kedua bayi memiliki kelenjar tiroid namun tidak mampu memproduksinya, serta yang ketiga bayi memiliki dan memproduksi hormon tiroid tetapi sang ibu mengidap HK.

Sebagai informasi tambahan, kasus Hipotiroid Kongenital pada bayi di Indonesia sebanyak 1 banding 3000, sedangkan kasus penyakit jantung bawaan pada bayi di Indonesia sebanyak 1 banding 500.

(Alfi Syahrin, TV Tabalong)

Related Articles

Leave a Comment