Puluhan guru SD – SMP di Tabalong mengikuti workshop tradisi lisan Bapandung selama dua hari. Workshop tersebut merupakan rangkaian kegiatan workshop Pemajuan Kebudayaan yang dilaksanakan oleh Disdikbud Tabalong untuk memajukan dan melestarikan budaya lokal.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tabalong melaksanakan workshop tradisi lisan Bapandung, yakni salah satu seni teater tradisional Kalimantan Selatan, pada tanggal 2 sampai dengan 3 November 2024, di SMK Negeri 1 Murung Pudak, Mabuun, Kecamatan Murung Pudak. Workshop Bapandung ini diikuti oleh 60 guru SD dan SMP di Kabupaten Tabalong.
Pemateri workshop Bapandung, Gusti Indra Setyawan, menyampaikan teori kesenian Bapandung dan perbedaannya dengan Bakisah Bahasa Banjar, karena selama ini seringkali dipertanyakan pakem dan batasan Bapandung dengan Bakisah.
Ia juga mengatakan, workshop ini diberikan untuk mempersiapkan para guru menghadapi Festival Tunas Bahasa Ibu pada tahun mendatang yang akan melombakan Bapandung.
“Karena ini adalah termasuk tradisi juga, tradisi lisan teater, jangan sampai Bapandung ini punah seperti Ba Andi-Andi, Balamut yang hampir punah juga, jadi Bapandung jangan sampai punah, terus menerus ada.” ujar Gusti Indra Setyawan, Pemateri Workshop Bapandung
Sementara itu, pemateri workshop Bapandung, Jaya Gin Mayu, berharap dengan adanya workshop ini maka pemahaman atas pakem Bapandung dan Bakisah merata serta dapat disepakati bersama oleh para guru di Tabalong.
Diharapkan pula guru yang mengikuti workshop dapat memberikan pelatihan Bapandung kepada peserta didiknya di masing-masing sekolah.
“Sehingga tidak ada lagi polemik bahwa ini Bapandung, ini Bakisah. Itu nanti secara otomatis sudah dipahami oleh para peserta dan harapannya bisa mengimbaskannya kepada rekan-rekan guru yang lain. Karena ini tidak bisa mengakomodir seluruh sekolah-sekolah yang ada di Tabalong, mungkin karena keterbatasan tempat dan segalanya.” ujar Jaya Gin Mayu, Pemateri Workshop Bapandung
Untuk sesi pertama, workshop yang disampaikan berupa teori Bapandung dan perbedaannya dengan Bakisah. Selanjutnya, pada sesi kedua siang hari dan keesokan harinya, para guru melakukan praktik berupa olah tubuh, olah vokal, olah sukma, dan pendalaman naskah. Naskah-naskah yang dibuat akan dibukukan sebagai bank naskah Bapandung, sehingga dapat dipergunakan untuk perlombaan maupun pertunjukan Bapandung nantinya.
(Alfi Syahrin, TV Tabalong)