Guna menurunkan angka kematian bayi dan angka kematian balita, Dinas Kesehatan Tabalong melalui Bidang Kesehatan Masyarakat menggelar Pertemuan Tatalaksana MTBS atau Manajemen Terpadu Balita Sakit tingkat Kabupaten Tabalong tahun 2025. Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di puskesmas dalam penanganan bayi dan balita.
Sebanyak 106 orang petugas kesehatan yang terdiri dari dokter, bidan, perawat, serta petugas gizi dari seluruh puskesmas di Kabupaten Tabalong mengikuti Pertemuan Tatalaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit atau MTBS. Kegiatan digelar Dinas Kesehatan Tabalong pada Selasa, 8 Juli 2025, di Gedung Informasi Tanjung.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam memberikan layanan MTBS di puskesmas, pustu, polindes, dan poskesdes sesuai standar. Pada kegiatan ini menghadirkan 3 orang narasumber, terdiri dari 2 orang dokter dan 1 orang petugas gizi dari puskesmas di Tabalong. Para narasumber memberikan materi mengenai MTBS, MTBM atau Manajemen Terpadu Bayi Muda, serta permasalahan gizi.
Salah seorang narasumber, dr. Diana Hapsari dari Puskesmas Murung Pudak, menuturkan bahwa tatalaksana MTBS, MTBM, serta permasalahan gizi penting untuk diketahui oleh para petugas kesehatan dalam menekan angka kematian bayi dan balita.
“Intinya satu, kenapa kita harus menerapkan MTBS, MTBM, dan masalah tentang gizi. Yang pertama adalah untuk menekan angka kematian bayi atau balita. Yang kedua, untuk penatalaksanaan yang tepat di faskes pertama, terutama puskesmas. Untuk kami, pelatihan ini dilakukan di 17 puskesmas,” ujar dr. Diana Hapsari, Dokter Puskesmas Murung Pudak.
Dokter Iqbal Fida Maulana, selaku Kepala Puskesmas Panaan yang juga menjadi narasumber kegiatan ini, mengatakan bahwa petugas kesehatan di seluruh puskesmas harus memahami kondisi SAGA atau Segitiga Assessment Gawat Anak untuk deteksi dini kondisi kegawatdaruratan pada bayi dan balita.
“Kondisinya, kalau yang MTBS, terutama yang dilihat adalah SAGA. SAGA adalah kepanjangan dari Segitiga Assessment Gawat Anak. Jadi, di situ nanti dinilai apakah anak ini gawat darurat atau tidak. Itu yang paling utama ditekankan. Terus ada empat keluhan utama yang biasanya kami tekankan, yaitu sukar bernapas, diare, demam, dan sakit telinga,” ujar dr. Iqbal Fida Maulana, Kepala Puskesmas Panaan.
Dokter Iqbal berharap, tatalaksana MTBS dapat memudahkan para dokter, bidan, perawat, serta petugas gizi agar bisa melakukan pencegahan dan konseling yang bagus melalui panduan tersebut.
(Nova Arianti/TV Tabalong)