Dinilai berhasil melaksanakan Gerakan PBLHS atau Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah, SMA Negeri 1 Tanta mendapatkan predikat tertinggi Adiwiyata, yakni Adiwiyata Mandiri Nasional. Predikat ini pun diakui tidak terlepas dari peran dan dukungan dari berbagai pihak.
SMA Negeri 1 Tanta meraih predikat tertinggi Adiwiyata Mandiri Nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, yang diserahkan beberapa waktu lalu di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong.
Predikat Adiwiyata Mandiri Nasional sendiri mampu diraih oleh SMA Negeri 1 Tanta karena selama ini sekolah tersebut telah berkomitmen untuk melaksanakan Gerakan PBLHS atau Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup Sekolah. Hal ini meliputi menjaga kebersihan, fungsi sanitasi, hingga membuat inovasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan.
“Menjaga kebersihan fungsi sanitasi dan drainase, pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, kemudian penanaman dan pemeliharaan pohon, konservasi air, konservasi energi, dan melakukan inovasi-inovasi untuk mengatasi permasalahan lingkungan,” ujar Siti Habibah, Ketua Tim Adiwiyata SMA Negeri 1 Tanta.
Kepala SMA Negeri 1 Tanta, Eko Prayitno, menjelaskan bahwa predikat Sekolah Adiwiyata Mandiri Nasional tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik dari Tim Adiwiyata sekolah, peserta didik, hingga dukungan dari pemerintah daerah dan juga pihak swasta.
“Sangat bersyukur sekali saat bertugas di SMAN 1 Tanta, yaitu memiliki guru-guru yang ulet dan bersemangat, serta memiliki motivasi tinggi, terutama dalam pembinaan lingkungan hidup. Karena di sini, kawan-kawan bersedia membina murid-murid kami dalam lingkungan hidup, bahkan sampai di luar jam pembelajaran, kawan-kawan masih semangat untuk membina anak-anak,” ujar Eko Prayitno, Kepala SMA Negeri 1 Tanta.
Atas prestasi ini, pihak SMA Negeri 1 Tanta mendapatkan piagam penghargaan dan juga piala dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta mendapatkan uang pembinaan dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tabalong sebesar 16 juta rupiah.
(Maria Ulfah/TV Tabalong)