Home Keagamaan Tradisi Makan Batalam, Warisan Religius Banua Lawas Yang Satukan Warga Tabalong

Tradisi Makan Batalam, Warisan Religius Banua Lawas Yang Satukan Warga Tabalong

by iin hendriyani

Di kabupaten Tabalong, tepatnya di kecamatan Banua Lawas, sebuah tradisi religius yang telah berusia lebih dari satu abad kembali digelar dengan penuh khidmat. Tradisi itu bernama maulid dengan tradisi makan batalam, sebuah kegiatan keagamaan yang dibungkus dengan tradisi lokal yang mekankan pada kebersamaan dan saling berbagi.

Lapangan 17 mei banua lawas pada senin siang 22 September 2025, dipenuhi ribuan masyarakat. Mereka datang 15 desa yang ada di kecamatan banua lawas, semua berkumpul dalam satu tujuan, yakni merayakan kelahiran Rasulullah dan menjaga tradisi warisan nenek moyang, berupa makan batalam.

Kepala desa Hapalah, Anang Acil, menuturkan makan batalam merupakan bagian dari kearifan lokal yang telah diwariskan sejak masa kerajaan banjar. Tradisi ini bahkan disebut sebagai adaptasi dari budaya timur tengah yang diperkenalkan para ulama sepulang menimba ilmu di tanah suci.

Batalam sendiri berasal dari kata talam, nampan besar tempat makanan disajikan. Satu talam biasanya berisi seekor ayam atau itik bahkan ada ikan panggang yang dipotong menjadi beberapa bagian, dilengkapi sop, kuah bararagi, dan lauk khas banjar lainnya. Menariknya, satu talam akan disantap bersama-sama oleh empat hingga enam orang, mencerminkan nilai kesederhanaan, persaudaraan,dan saling berbagi.

“mengenai sejarah makan batalam ini dimulai dari sejak zaman dahulu oleh nenek moyang kita melaksanakan makan batalam ini, itu adalah tradisi dari timur tengah yang dibawa oleh para ulama yang belajar disana, sehingga para ulama tadi kembali ke tanah air itu mengajarkan ilmunya kepada masyarakat ” Ujar Anang Acil

Lebih dari 500 talam disiapkan untuk acara tahun ini. Antusiasme warga terlihat luar biasa, seperti yang disampaikan kepala desa Bangkiling Raya, Abdul Gafur. Ia menyebut, selain masyarakat, berbagai pihak juga ikut serta mendukung, mulai dari instansi pemerintah, puskesmas, hingga perusahaan swasta seperti PT Adaro.

“untuk talam yang disediakan setiap desa tergantung masing masing desa, tapi untuk keseluruhan talam yang kami siapkan hampir lebih dari 500 talam, dari semua desa dan baik itu juga pihak puskesmas, balai pertanian ketahanan pangan maupun dari rekan rekan lainnya, ini juga dibantu perusahaan adaro dan juga dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten tabalong. ” Ujar Abdul Gafur

Tradisi makan batalam bukan sekadar soal menikmati makanan. Ada pesan moral yang tersirat di dalamnya, membangun silaturahmi antarwarga, menumbuhkan semangat gotong royong, menjaga adab terhadap yang lebih tua, hingga mengajarkan keikhlasan dalam menerima apa yang telah disuguhkan.

Seiring berkembangnya zaman, makan batalam kini ditetapkan sebagai cagar budaya Tabalong yang terus dijaga kelestariannya. Warga berharap, generasi muda akan tetap meneruskan tradisi ini, sehingga nilai kebersamaan dan religius yang terkandung di dalamnya tidak akan pudar.

Di balik kesederhanaannya, makan batalam adalah simbol persatuan, rasa syukur, serta doa bersama agar kabupaten Tabalong senantiasa diberkahi dan dijauhkan dari marabahaya.

Muhammad Ariadi, TV Tabalong, melaporkan.

You may also like

Leave a Comment