Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi di Tabalong selama tahun 2024 hanya mencapai 76,13 persen. Hal ini didasari beberapa faktor, salah satunya akibat tumpang tindih bantuan dari pusat. Berbanding terbalik, serapan pupuk organik justru terealisasi 100 persen.
Kepala Bidang Sarana Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Tabalong, Budi Santoso, menjelaskan bahwa dari dua ribu ton pupuk bersubsidi yang disediakan DKPPTPH selama tahun 2024, petani hanya memanfaatkan seribu lima ratus ton.
Salah satu faktornya adalah karena pada tahun 2024, Kabupaten Tabalong mendapat bantuan dari pemerintah pusat berupa kegiatan padi biofortifikasi untuk lahan seluas 5.060 hektar. Bantuan ini berupa bibit beserta pupuk NPK.
“Ini kenapa? Karena disebabkan di tahun 2024 itu kebetulan kita juga ada bantuan dari pusat, namanya kegiatan padi biofortifikasi. Itu paketnya lengkap sama pupuk NPK juga, jumlahnya kurang lebih Tabalong dapat 5.060 hektar. Sehingga ini memengaruhi serapan daripada pupuk yang ada di subsidi, karena mereka sudah dapat pupuk. Jadi yang kekurangannya mungkin baru menyusun RDKK untuk mengambil pupuk,” ujar Budi Santoso, Kabid Sarana Tanaman Pangan & Hortikultura.
Selain itu, serapan pupuk urea bersubsidi juga masih rendah, hanya di angka 55,91 persen. Salah satu faktornya karena banyak petani menggunakan pupuk NPK. Hal ini lantaran kandungan nitrogen di pupuk urea sudah lengkap di pupuk NPK.
Sedangkan penyaluran pupuk organik tahun 2024 terealisasi 100 persen. Hal ini menandakan pupuk organik sangat diminati kalangan petani di Tabalong.
(Muhammad Ariadi/TV Tabalong)