Tradisi Maulid Makan Batalam di Desa Hapalah
Masyarakat Desa Hapalah, Kecamatan Banua Lawas, menggelar Maulid Nabi yang dikemas dalam tradisi makan batalam pada Rabu, 4 September 2024.
Beginilah pelaksanaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Hapalah di Langgar Darunnajah, Sampang Sari.
Kegiatan diawali dengan pembacaan syair-syair Maulid, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan ceramah agama, lalu ditutup dengan makan bersama.
Berbeda dengan daerah lain, Maulid di sini digelar dengan tradisi makan batalam atau nampan.
Setiap kepala keluarga di Desa Hapalah menyajikan satu buah talam yang berisikan satu ekor ayam atau itik panggang, mie, kuah sop, nasi, dan buah.
Selanjutnya, makanan tersebut disajikan secara bersama-sama kepada seluruh tamu yang hadir.
Ketua pelaksana Maulid Desa Hapalah, Dahli, menjelaskan bahwa tradisi Maulid batalam ini merupakan agenda rutin setiap tahun dalam menyambut kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW. Makan bersama dalam satu talam ini ditujukan untuk merekatkan silaturahmi dan gotong royong sesama warga.
“Kumpulan warga ada yang sukarela, artinya seikhlasnya. Habis itu, dari makanannya pribadi masing-masing di rumah membawa sesuai kemampuannya, seperti itu biasanya kami. Harapan kami artinya kegiatan ini berkelanjutan, jangan sampai hilang ditelan zaman. Mudah-mudahan sampai anak cucu nanti tidak hilang,” ujar Dahli, Ketua Pelaksana.
Sementara itu, Kepala Desa Hapalah, Anang Acil, menuturkan bahwa kegiatan Maulid batalam yang dilaksanakan di Desa Hapalah ini akan dilakukan sebanyak tiga kali.
“Jadi, untuk agenda makan batalam di Desa Hapalah ini ada tiga kali. Ini hari yang pertama di Langgar Darunnajah, wilayah Sampang Sari. Kemudian, pada hari Rabu yang akan datang, seminggu lagi, itu di Langgar Hayatul Ikhwan. Terakhir, pada 12 Rabiul Awal di Langgar Jamil Kiram, Desa Hapalah. Semua ada tiga kali yang melaksanakan makan batalam,” ujar Anang Acil, Kepala Desa Hapalah.
Anang Acil pun berharap tradisi makan batalam yang selalu dilakukan setiap tahunnya ini terus dilestarikan, sehingga anak cucu di masa depan tetap mengetahui budaya dan tradisi masyarakat terdahulu.
(Dano Nafarin/TV Tabalong)